Social Media

GUSDURian sebagai Gerakan Nilai

Ada tiga varian gerakan keagamaan yang mempunyai model berbeda dalam menjawab tantangan jaman. Ketiga varian gerakan keagamaan itu adalah: Lutherian, Webberian, dan GUSDURian. Lutherian adalah varian gerakan keagamaan yang diinisiasi oleh Martin Luther dengan tiga kredo utama, Sola Gratia, Sola Fide, dan Sola Scriptura.

Inti dari gerakan Lutherian adalah melakukan reformasi terhadap Gereja Katolik Roma (GKR) yang dianggap terlalu otoriter dan menjauh dari kebutuhan umat. Ada 95 tesis yang diajukan oleh Luther untuk melakukan reformasi gereja itu. Tentu saja, tawaran dari Luther ini ditolak GKR dan mengisolasi Luther.

Belakangan, Luther melepas jubah kebiarawanan dan menikah dengan Katrina, seorang bekas biarawati. Gerakan Lutherian ini memicu apa yang disebut “Protestanisme”, sebuah gerakan protes terhadap kepuasan Vatikan. 

Di titik ini, Lutherian hadir untuk membongkar kejumudan agama yang menghamba pada kuasa kepentingan elit pemuka agama. Agama tidak dijadikan sebagai panduan membimbing kebajikan umat melainkan hanya menjadi alat elit pemuka agama untuk kepentingan politik dan ekonomi. 

Terinspirasi dari Lutherian, hadir tokoh bernama Calvin yang membawa ajaran “Calvinisme”. Protestan ala Calvin inilah yang menjadi pondasi pemikiran Marx Webber dalam membangun kerangka teoritis. Marx Webber, yang kemudian melahirkan varian Webberian, mengajukan tesis bahwa etika protestan menghadirkan spirit hidup yang lebih mandiri,  kreatif, cermat, dan giat berkarya. Webber mencandra bahwa etika Protestan menjadi bahan bakar teguhnya kapitalisme dan modernisasi di Eropa. 

Artinya, Webberian membaca bahwa agama tidak hanya mempunyai wajah asketoi yang bersahaja tetapi juga sanggup menggerakkan perubahan dan menjadi motor kapitalisme. 

Dua varian keagamaan ini, Lutherian dan Webberian, sedikit atau banyak berpengaruh pada tafsir terhadap Katolikisme dan Vatikan, yang melahirkan varian penting dari Katolikisme.

Varian itu dikenal sebagai “Teologi Pembebasan” yang lahir mula di Amerika Latin. Adalah Gustavo Guiterrez, seorang rohaniawan dari Serikat Jesuit yang menjadi pelopor gerakan Teologi Pembebasan ini. 

Guiterrez memadukan spirit Katolikisme dengan Marxisme. Meletakkan posisi gerakan gerejawi untuk mengayomi dan melakukan advokasi terhadap orang-orang miskin yang ditindas dan diperlakukan tidak adil.

Menjadi Kristen berarti meneladani Kristus yang setia berkumpul dan melindungi orang-orang miskin tertindas.  Guiterrez berseloroh: “Kekristenan menjadi otentik dan sempurna ketika ia memihak orang miskin dan melibatkan diri kepada perjuangan untuk membebaskan mereka”. Teologi Pembebasan hadir sebagai kritik terhadap gereja yang diam saja melihat ketidakadilan dan penindasan dan bahkan dijadikan stempel penindasan itu. 

Gerakan Teologi Pembebasan ini menginspirasi pemikir muslim seperti Ali Syariati, Ashgar Ali Engineer, dan juga Hasan Hanafi. 

Di mana posisi GUSDURian?

Dari tiga varian gerakan keagamaan itu, posisi Gus Dur dan juga GUSDURian sejatinya adalah kelanjutan dari gerakan Teologi Pembebasan. Namun, GUSDURian melangkah lebih jauh dengan merangkul semua agama dan keyakinan, yang kemudian disebut pluralisme atau ada yang menyebutnya pluralis. 

Teologi Pembebasan ala GUSDURian adalah dengan membongkar terlebih dahulu prasangka buruk antarumat beragama dan keyakinan. Prasangka buruk itu menjadi tembok tebal tidak saja bagi kerukunan umat tetapi juga dalam menghadapi derap penindasan dan ketidakadilan.

Artinya, GUSDURian bukan melulu gerakan “klangenan” lintas agama dan keyakinan, tetapi juga gerakan untuk bersama-sama menghadirkan surga di bumi. Perbedaan agama dan kepercayaan bukan alasan untuk tidak bekerja sama. 

Atas dasar itu, ada sembilan nilai yang menjadi perekat perbedaan itu. Ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, persaudaraan, pembebasan, kebersahajaan, kekesatriaan, dan kearifan tradisi adalah sembilan nilai itu. 

Pendek kata, GUSDURian bekerja dalam dua wilayah sekaligus yakni memupus kebencian antaragama dan kepercayaan sekaligus bergerak bersama menghadapi ketidakadilan dan segala penindasan. 

GUSDURian adalah gerakan kolektif lintas agama dan kepercayaan untuk tidak saling berebut surga di langit tetapi bergandengan tangan menghadirkan surga di bumi. 

Penggerak Komunitas GUSDURian Batu. Dosen UNIBRAW.