Social Media

Konsistensi Gus Dur

Aku membaca pengantar buku yang menghebohkan, “Menjerat Gus Dur”, yang berjudul “Gus Dur Melawan Oligarki yang Tak Pernah Usai” oleh penulisnya,  Virdika Rizky Utama. Aku belum kebagian bukunya, karena terlambat pesan. Buku itu sungguh amat menarik sekaligus mendebarkan.

Aku belum menilai orang-orang yang konon “besar” atau “penting” sebagaimana disebutkan dalam buku tersebut yang melukai Gus Dur dan para pecintanya. Aku hanya ingin menyebut Gus Dur.

Gus Dur selalu konsisten membela rakyatnya yang disisihkan, yang direndahkan dan yang dianiaya, karena Gus Dur mencintai mereka. Dan prinsip dalam cinta adalah pengorbanan. Seseorang yang mencintai orang lain akan selalu siap untuk berkorban demi yang dicintainya.

Ia tahu pembelaan itu akan menghadapi perlawanan besar. Ia akan dijerat dan dihancurkan oleh gerombolan yang ingin tetap menikmati kebiasaannya menghirup darah dan tak mau diganggu.

Dalam keadaan seperti Gus Dur boleh jadi menyimpan kata-kata sebagaimana yang diucapkan Syeikh Husein Manshur Al-Hallaj, sang sufi martir legendaris menjelang dirinya dieksekusi. Al Hallaj sudah tahu ia akan dibunuh. Katanya:

وإن قُتلتُ أو صُلبتُ أو قُطّعت يداي ورجلاي ما رجعتُ عن دعواي

Artinya:

“Meski aku dibunuh, atau disalib atau dua tangan dan dua kakiku dimutilasi aku tak akan menyerah. Aku akan terus berkata: Kebenaran dan Keadilan harus ditegakkan”.

Dan Gus Dur dengan rendah hati mengatakan kepada para pecintanya yang marah, “Tak apa-apa aku turun, asal persatuan dan kedamaian tetap terjaga. Ini yang paling utama. Tak ada jabatan di dunia ini yang perlu dibela mati-matian. Biarlah. Sejarah yang akan membuktikan”.

Banyak orang bilang Gus Dur “mencla-mencle”. Inkonsisten. Menurutku ini cara pandang generalisasi atas hal-hal partikular dan tak paham bahwa penyelesaian isu partikular adalah kontekstual. Gus Dur justru orang yang paling konsisten dalam menjaga prinsip-prinsip kemanusiaan: persaudaraan, demokrasi, hak-hak asasi manusia, keadilan, perdamaian dan kasih sayang. Melalui prinsip-prinsip ini, ia menyelesaikan isu-isu partikular dengan cara dan jalan yang berbeda-beda.

Sumber: Islami.co