Cocokologi, Riset Minus Peta Jalan
oleh : PURKON HIDAYAT, 0 Komentar
Belakangan ini kembali marak fenomena mencocok-cocokan sebuah peristiwa, dan mencari justifikasinya dalam kitab suci. Misalnya, yang terbaru saat ini mengenai pandangan bumi datar yang menyandarkan dari ayat al-Quran. Mereka memahami secara tekstual arti kata Suthihat, farasy, Bisatha dalam al-Quran surat al-Ghasiyah ayat 20, surat al-Dhariyat ayat 48, serta ayat lainnya yang dipandang sejalan, untuk membenarkan pendapatnya.
OKT
05
2016
Anugerah Nurani Kemanusiaan bagi Setiap Insan Manusia
oleh : JAYA SUPRANA, 0 Komentar
Seluruh jiwaraga saya melemas tidak berdaya apa pun pada saat menyaksikan kedahsyatan kesaktian belalai alat berat mengobrak-abrik gubuk warga RW 9,10,11,12 Bukit Duri yang berdasar perintah Pemerintah DKI Jakarta hukumnya wajib dibumi-ratakan atas nama pembangunan infra struktur demi menjadikan ibukota Indonesia lebih tertib, bersih, sehat, sejahtera dan gemerlap. Konon pembongkaran secara paksa dan secara sadar melanggar hukum sebab Bukit Duri masih dalam proses hukum itu memang harus cepat dilakukan agar Jakarta tampak indah-permai pada saat Asian Games diselenggarakan. Dapat dibayangkan betapa mengerikan angkara murka pembongkaran dilakukan apabila Jakarta menjadi tuan rumah Olimpiade !
OKT
02
2016
Dialog Tanpa Senjata
oleh : SARJOKO, 0 Komentar
“Maaf, boleh saya minta air putih saja?” kata Felip Karma, saat diberi segelas teh hangat untuk menemani diskusi. “Saya bernazar untuk tidak meminum selain air putih, sampai Papua merdeka,” sambungnya lagi. Sebuah nazar yang menunjukkan betapa kuat dan gigihnya ia dalam berjuang.
Sebelum 22 Agustus kemarin, nama Filep Karma sangat asing di telinga saya. Beberapa kali mengikuti berita soal penangkapan pejuang OPM, saya tidak menghafal nama-nama tokohnya. Bahkan saya tidak menyadari bahwa Filep Karma adalah salah satu dari lima tahanan politik yang dibebaskan oleh Jokowi tahun 2015 lalu. Ia ditahan karena turut mengibarkan bendera kejora di Jayapura tahun 2004. “Setelah saya dibebaskan, saya tetap akan berjuang. Selama Papua belum merdeka, berarti perjuangan saya belum selesai!” tegasnya.
AUG
24
2016
Sama-sama Bermimpi Besar
oleh : ADMIN, 0 Komentar
Di tengah-tengah momen perayaan kemerdekaan seperti saat ini, tulisan Gus Dur dengan judul “Sama-sama Bermimpi Besar” layak kita renungkan kembali. Di dalamnya, Gus Dur membicarakan sosok Bung Hatta, Sang proklamator kemerdekaan bangsa ini.
Gus Dur sangat apik dalam menarasikan sisi lain dari kehidupan Bung Hatta yang tidak banyak orang ketahui. Terutama dari sisi kesantrian dan identitasnya sebagai seorang Muslim.
Gus Dur juga tidak lupa mengajak pembaca untuk memiliki impian yang besar sebagaimana Bung Hatta, yang memiliki semangat dalam merumuskan Indonesia merdeka. Sehingga namanya dikenang sampai sekarang.
Mengutip pernyataan Gus Dur dalam tulisan di bawah ini: “Mengapa tidak bermimpi besar, tidak berangan-angan jauh: pembebasan bangsa dari kungkungan ketidakadilan, menegakkan demokrasi secara konkret.
Kita semua dari generasi, dari masa sebelum Bung Hatta hingga ke anak cucu toh tidak akan kekurangan anggota yang memiliki impian besar.
Kategori :
Opini
,
Pilihan Redaksi
AUG
17
2016
Gus Dur dan Damai untuk Papua
oleh : B JOSIE SUSILO HARDIANTO, 0 Komentar
Kebijaksanaan tidaklah diukur dari panjangnya usia....
Anton Sumer tercenung di depan televisi. Pemberitaan tentang wafatnya mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid menyita seluruh perhatiannya. ”Ai, aduh. Kami, orang Papua, layak bersedih. Beliau bapak kami orang Papua. Beliau pula yang mengembalikan lagi nama Papua,” kata Anton sambil memegang kepalanya.
Dulu, semasa Orde Baru, tabu jika orang Papua menyebut diri mereka sebagai orang Papua. Namun, oleh Gus Dur tembok-tembok ketakutan itu diruntuhkan. Dulu Papua disebut dengan Irian, demikian juga dengan penduduknya, orang Irian.
AUG
12
2016
Jihadisme Toleran
oleh : YAHYA CHOLIL STAQUF, 0 Komentar
Sebelum naik cetak, Gus Dur meminta saya membacakan naskah buku The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid yang ditulis Greg Barton itu. Pada bagian pendahuluan, Greg sudah mencicil kesimpulan tentang Gus Dur dengan menyebutnya sebagai ’’pemimpin muslim liberal’’. Saat saya membacanya, Gus Dur serta-merta menyela. ’’Greg keliru itu!’’ katanya. ’’Saya ini bukannya liberal. Saya toleran.’’ Apa bedanya? ’’Kalau liberal, tidak perlu jihad. Setiap individu dipersilakan berpikir apa saja dan menjadi apa saja semau-maunya. Toleran itu tidak meninggalkan jihad, tapi tidak memaksakan kehendak.’’ Mungkinkah berjihad secara toleran?
AUG
12
2016
Sekali Lagi Tentang Gus Dur
oleh : NADIRSYAH HOSEN , 0 Komentar
Masih adakah yang tersisa yang belum ditulis tentang Gus Dur? Rasanya sudah dibahas semuanya baik yang fanatik mendukungnya maupun yang fanatik membencinya. Tapi tidak mengapalah saya tuliskan juga catatan ini –ini bukan bid’ah kan. Saya orang yang rasional, bukan gemar dunia mistik. Jadi, saya memahami Gus Dur juga lewat pendekatan yang rasional. Kalau memahami beliau lewat ‘dunia lain’ tentu bukan maqam saya bicara hal seperti itu.
AUG
05
2016
Meninggalkan Pekerjaan di Luar Negeri, Membangun Desa dengan Kopi
oleh : FAWAZ, 0 Komentar
Alkisah, di sebuah negeri bernama Abyssinia (kini bernama Ethiopia), seorang pengembala bernama Kaldi heran melihat kambing-kambing gembalaannya bertingkah aneh usai menyantap buah yang baru pertamakali ia lihat. Kambing-kambing itu terlihat gembira. Kaldi lalu mencicip buah itu, seketika tubuhnya terasa segar usai mengonsumsi buah tersebut. Lantas ia lekas memberitahukan hal ini kepada penduduk desa tempat ia tingal. Tak butuh waktu lama, buah itu menjadi populer di desanya hingga menjalar ke desa-desa sekitar.
Selanjutnya, kopi menjadi semakin populer dalam waktu singkat. Lebih lagi usai Ethiopia menginvasi Yaman dan mulai menanam kopi di sana. Berkat andil pedagang-pedagang dari jazirah arab, penyebaran kopi semakin menjangkau banyak wilayah. Bangsa Arab juga yang menemukan cara baru mengonsumsi buah kopi, yaitu kopi diolah menjadi bahan minuman setelah sebelumnya buah kopi dikonsumsi dengan cara dimakan begitu saja. Kisah ini bisa ditemukan di Majalah National Geographic pada artikel berjudul Escape from Arabia.
JUL
25
2016
Halal Bihalal: Merajut Harmoni Kemanusiaan
JUL
15
2016
Bom Madinah Kebohongan Kafir?
oleh : MOHAMAD SYAFI ALI , 0 Komentar
Seiring bom tak jauh dari masjid Nabawi beserta pemberitaannya, ada tulisan yang menyangkal informasi umum yang beredar. Nara sumbernya orang bernama Fathuddin Ja’far, yang saat kejadian mengatakan berada di dalam Masjid Nabawi. Kesaksian ini dimuat di sejumlah media, beredar di socmed, grup WA dan seterusnya, yang intinya berita bom Madinah tak sesuai fakta, berlebihan dan merupakan sebuah konspirasi untuk menyudutkan Islam.
Berdasar kesaksian Ja’far, ia tidak mendengar ledakan, hanya melihat kepulan asap. “Kami hanya melihat kepulan asap spt ada kebakaran di seberang Baki’, makam para sahabat Rasulullah.”
JUL
11
2016