Rohingya, makna cinta, makna marah
oleh : MAKHFUD SYAWALUDIN, 0 Komentar
Rohingya
Manusia seperti Kita
Mempercayai Tuhan Yang Maha Esa
Celakanya...
Tak diakui kewarganegaraannya
Kategori :
Opini
,
Pilihan Redaksi
SEP
29
2017
Terorisme dan Emansipasi Gender
oleh : HERU HARJO HUTOMO, 0 Komentar
Ada yang baru dari gaya dan strategi teror yang dilancarkan IS (Islamic State), khususnya di Indonesia. Semenjak, ditengarai, dipegang oleh Bahrun Naim atau Anggih Tamtomo.
Jebolan jurusan IT di salah satu universitas di Solo ini, memiliki peran yang boleh dibilang penting beberapa tahun terakhir ini. Salah satu prestasi barunya adalah merekrut sekaligus memberdayakan perempuan untuk menjadi “pengantin” atau pelaku aksi bom bunuh diri.
SEP
29
2017
Gus Dur, Demokrasi, dan Paranoia Hantu PKI
oleh : MUHAMMAD PANDU, 0 Komentar
Selamat datang di bulan September, bulan di mana kita telah memasuki salah satu musim di antara empat musim besar di Indonesia: musim hujan, musim kemarau, musim ribut mengucapkan Selamat Hari Natal, dan musim ribut isu kebangkitan PKI.
Musim terakhir inilah yang kita rasakan sekarang. Saban tahun masyarakat (akar rumput) kita selalu mengalami “de javu paranoia” yang sama. Saya mengamati, setiap September datang, selalu saja ada kelompok yang kebakaran jenggot. Kemudian berbagai media menampilkan judul-judul yang naas untuk disimak: pelarangan diskusi, pembubaran seminar, pembubaran acara seni, dan segala jenis pembubaran tolol lainnya.
SEP
22
2017
Betapa Bahayanya Jihadis Orak-Arik Campur
SEP
10
2017
Islam Saya Islam Cinta
SEP
04
2017
Puisi – “Rindu Gus Dur”
oleh : SUDARMAN PUSI, 0 Komentar
Gus…
Kami rindu Njenengan, Gus…
Sepeninggal Njenengan semua urusan jadi repot
Kian hari sikap keberagamaan kami kian peot
Nilai dan pemahaman Islam kami tambah reot
Kategori :
Opini
,
Pilihan Redaksi
AUG
31
2017
Visi Toleransi Merawat NKRI
AUG
27
2017
Memandang Cara Pandang Gus Dur
oleh : HERU HARJO HUTOMO, 0 Komentar
Tumbuh dengan tubuh yang tambun. Kadang bersongkok. Kadang tidak. Hingga rambutnya yang tersisir rapi kelihatan. Wajahnya, meski di saat marah pun, tak tampak menakutkan. Tak pernah, dan tak ada yang takut dengannya. Hanya, barangkali, rikuh. Sesekali tawacanya pecah, lepas tanpa beban. Adakalanya ia biarkan airmatanya berderai di tepi sebuah makam. Satu waktu, ia begitu tajam dan wijang dalam membedah Das Kapital. Di lain waktu, begitu “halus” dalam memaknai al-Hikam. Acap ia berbicara apa adanya, ceplas-ceplos. Tapi kerap pula ia memainkan jari telunjuknya: tenggelam dalam naungan keabadian (daim).
AUG
18
2017
Antara Gus Dur dan Nahdlatul Ulama
oleh : MOHAMMAD YAJID FAUZI, 0 Komentar
Nahdlatul Ulama yang berdiri sejak tahun 1926 merupakan Organisasi Islam terbesar di Indonesia yang sangat digandrungi oleh masyarakat. Hal ini karena Nahdlatul Ulama dalam pengajarannya menghargai budaya lokal dan tidak membuang tradisi yang telah ada dan berkembang di dalam kehidupan masyarakat. sehingga sangat cocok di Indonesia yang masyarakatnya mayoritas memeluk agama islam dan masih memegang teguh adat dan budaya yang di wariskan oleh para leluhur.
AUG
14
2017
Alissa Wahid: dari Mengenang Gus Dur Hingga Kasus Afi Nihaya Faradisa
AUG
14
2017