Social Media

GUSDURian Ponorogo Ikuti Dialog Antarumat Beragama yang Digelar KPM Tematik IAIN Ponorogo

Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) kelompok 112 Tematik IAIN Ponorogo sukses menggelar dialog antarumat beragama pada Senin malam, 31 Juli 2023, bertempat di Gedung Serbaguna Balai Desa Klepu, Kecamatan Sooko, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Dialog kali ini mengetengahkan tema “Literasi Moderasi Beragama” dengan menghadirkan narasumber dari Ketua Rumah Moderasi Beragama IAIN Ponorogo, M. Rozi Indrafuddin. Selain itu turut hadir pula Kepala Desa Klepu, jajaran perangkat Desa Klepu, perwakilan dari tokoh Agama Islam, tokoh Agama Katolik, dan juga perwakilan dari tokoh masyarakat Desa Klepu.

Dalam sambutannya, Kepala Desa Klepu, Andreas Gimin menyampaikan bahwa masyarakat Desa Klepu sangat menghargai keberagaman yang telah menjadi kodratnya sebagai umat beragama di Indonesia.

”Kita selalu menjaga ketenteraman dan kedamaian warga masyarakat Desa Klepu sebagai bentuk menjaga persatuan dan kesatuan. Hal ini adalah kunci untuk membangaun Desa Klepu menjadi lebih baik lagi,” tutur Andreas Gimin.

Lebih lanjut, Andreas Gimin menjelaskan bahwa sebagai umat beragama, semua berkewajiban untuk menjaga persatuan, menghargai perbedaan, dan bersifat toleran. Tidak ada pencapaian yang didapatkan jika semua warganya tidak menjaga persatuan.

“Desa Klepu telah dikenal sebagai desa yang mampu menjaga kedamaian dan kerukunan antarumat beragama. Kita bisa hidup bersama walau dengan perbedaan yang ada. Kita saling menghargai dan menghormati sesuai dengan budaya yang telah dilakukan sekian tahun ini,” pungkasnya.

Sementara itu, Zamzam Mustofa selaku dosen pembimbing KPM kelompok 112 Tematik IAIN Ponorogo, menyampaikan bahwa tujuan diselenggarakannya dialog ini adalah untuk mengarusutamakan semangat Moderasi Beragama guna mewujudkan kerukunan masyarakat Desa Klepu. Kegiatan ini juga bertujuan memperkuat toleransi antarumat beragama dan mempererat rasa persatuan lintas agama dan kelompok masyarakat bersama tokoh agama yang ada di Desa Klepu.

“Untuk memaksimalkan pengarusutamaan berdasarkan realitas sosial agama di Desa Klepu, kemudian mendialogkan dengan para pemuka antaragama, diharapkan akan mendapatkan solusi yang berdampak nyata dalam merawat kerukunan dan kedamaian di Desa Klepu,” demikian Zamzam Mustofa menjelaskan.

Kemudian narasumber, M. Rozi Indrafuddin menjelaskan tentang indikator Moderasi Beragama yang dapat mengukur keberhasilannya.

“Indikator atau tolak ukur Moderasi Beragama ada empat hal: pertama, komitmen kebangsaan, kedua, anti-kekerasan, ketiga, toleransi, dan terakhir adalah penerimaan terhadap tradisi,” jelasnya dalam penyampaian materi.

Rozi juga memberikan kunci Moderasi Beragama yang harus dipegang dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Kunci Moderasi Beragama yang harus dimiliki oleh setiap warga Desa Klepu yakni kemanusiaan, kemaslahatan umum, adil, berimbang, taat konstitusi, komitmen kebangsaan, toleransi, anti-kekerasan, dan penghormatan kepada tradisi,” tambah Rozi.

Melalui dialog antaragama itulah, Abdillah Mu’izz selaku Koordinator GUSDURian Ponorogo yang turut hadir sebagai undangan dalam acara dialog tersebut, memberikan apresiasi kepada kawan-kawan mahasiswa KPM Kelompok 112 Tematik IAIN Ponorogo di Desa Klepu. Menurutnya, agenda dialog merupakan kegiatan yang tepat sasaran dan dibutuhkan warga Desa Klepu dalam berinteraksi membahas hangat Moderasi Beragama.

“Dialog antarumat beragama dilakukan oleh orang-orang dari agama yang berbeda yang bekerja sama dan berinteraksi untuk mempertemukan pemahaman yang sama dan saling menghormati. Dialog ini diadakan dalam konteks individual, kelompok, dan konstitusional yang dapat dilakukan antartetangga, di sekolah dan di tempat kerja atau tempat lain yang telah disepakati,” ungkap Mu’izz.

Dialog relatif dilakukan dengan menyesuaikan kondisi lingkungan, sehingga bisa dilaksanakan secara formal maupun informal. Selain itu, dialog antarumat beragama ini menjadi konsep yang bagus untuk menciptakan kerukunan dan kedamaian ketika adanya pertemuan yang mengesampingkan ego perbedaan. Namun demikian, dialog antarumat beragama harus dipersiapkan secara benar-benar matang dan harus dijelaskan dengan baik kepada peserta agar bisa saling menghargai hak masing-masing dan tidak menyisipkan kepentingan pribadi atas golongan lain.

“Dialog antaragama bukanlah hal untuk mengubah agama yang lain menjadi agama kita. Hal ini juga bukan tempat untuk berdebat, menyerang, menyanggah agama yang lain. Setiap kelompok agama meyakini keyakinannya masing-masing sekaligus menghormati hak-hak agama lain untuk mempraktikkan keyakinannya secara bebas. Hal ini merupakan sebuah usaha untuk mengatasi atau mencegah ketegangan di antara kelompok kelompok agama, maka tercipta perdamaian diantara kelompok agama yang berbeda,” tambahnya.

Dalam kegiatan itu, baik narasumber maupun perwakilan tokoh pemuka agama, masyarakat, dan kepala Desa Klepu beserta jajaran menyatakan sepakat untuk terus membina kerukunan umat beragama dengan pelaksanaan secara moderat berdasarkan budaya dan tradisi yang telah berlangsung di Desa Klepu. Masyarakat Klepu yang bercorak plural multikultural diharapkan tetap bisa menjaga kerukunan dengan saling menghormati antarpemeluk agama dan keyakinan yang lain.

Koordinator Komunitas GUSDURian Ponorogo, Jawa Timur.