Social Media

Berharap New Normal Bisa Sukses Diterapkan

Andaikan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia berjalan dengan baik dan yang terpapar ditangani dengan baik sesuai standar, maka kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi wabah Covid-19 di negeri ini akan menurun drastis; tidak ada penularan lokal dan tidak muncul kasus baru.

Jika langkah serta upaya yang sama juga harus dilakukan oleh seluruh bangsa di dunia, maka Corona bakal sirna dari bumi dan masyarakat bisa hidup normal kembali seperti sebelum adanya wabah. Bisa berkumpul-kumpul lagi, bersalaman, tidak perlu masker setiap hari dan tidak perlu jaga jarak. Seperti sebelum ada wabah ini.

PSBB, Jangan Setengah Hati

Ketika awal disetujui PSBB Malang Raya, Polresta Malang membuat panduan PSBB termasuk ibadah harus di rumah saja. Ternyata walikota tidak berani melarang salat berjemaah di masjid. Maka penerapan protokol pun menjadi setengah-setengah, misalnya di dalam masjid distancing tapi di halaman berjubel, hand sanitizer dipakai asal semprot, tidak semua menggunakan masker atau menggunakan masker tidak menutup hidung dan mulut, dan distancing dibuat asal kucing bisa lewat.

Saat saya mengantarkan tiga anak keponakan naik mobil saya atur. Saya sendirian di depan, 2 di tengah berjauhan, dan satu di belakang karena khawatir ada pemeriksaan. Ternyata di jalanan banyak mobil 7 kursi terisi penuh dan motor berboncengan bahkan tanpa masker bebas berkeliaran tanpa ada polisi berjaga-jaga. Konon petugas hanya di check point perbatasan antardaerah. Panduan Polwil bahwa motor tidak boleh berboncengan dan mobil hanya diisi maksimal 50% kapasitas tidak dilaksanakan.

Saat melintasi jalan di sisi utara lapangan Rampal milik tentara menjelang lebaran, saya lihat semua warung makan buka dan banyak pengunjung berkerumun tanpa distancing dan tanpa masker. Pun beberapa toko kelihatan tertutup tapi di dalam banyak pengunjung.

Menuju New Normal yang Benar

Selama ini upaya PSBB di Indonesia dan bahkan lockdown di banyak negara tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga Corona tidak mungkin bisa dihilangkan. Karena itu, upaya untuk melawan dialihkan ke upaya berdamai agar masyarakat tidak lagi bersembunyi dari virus selamanya karena ketakpastian kapan berakhirnya. Tentu saja para kelompok usia rentan dan berisiko tinggi karena berpenyakit sebelumnya harus tetap dilindungi dan dijaga dengan baik, sementara yang lain kembali bekerja, belajar, dan berproduksi.

Sebagai upaya pencegahan maksimal terhadap penyebaran wabah ini, mestinya protokol pencegahan penularan harus sangat disadari oleh semua orang, antara lain:

1. Selalu cuci tangan dengan sabun/hand sanitizer setiap habis menyentuh benda-benda di area publik dan sebelum makan;

2. Tidak menyentuh wajah sebelum mencuci tangan;

3. Menerapkan etika saat batuk/bersin dengan menutup menggunakan tisu kemudian membuang ke tempat sampah diikuti cuci tangan, menggunakan sapu tangan bersih dan segera dicuci setelahnya, atau menggunakan sisi dalam lengan atas;

4. Selalu menggunakan masker saat sakit atau keluar rumah;

5. Senantiasa menjaga jarak dengan orang lain;

6. Isolasi mandiri bila sakit pada saluran nafas,

7. Menjaga kesehatan dengan makan bergizi, olah raga, dan cukup istirahat.

Sebagaimana diwajibkan saat PSBB adalah tidak keluar rumah jika tidak sangat penting dan genting. Bekerja, belajar, maupun ibadah di rumah dilakukan hanya pada kurun waktu tertentu sampai berakhirnya wabah.

Pada masa new normal nanti, protokol pencegahan itu harus dilakukan selamanya sebagai kebiasaan/uswah dan perilaku normal yang baru. Selamanya sampai dinyatakan dunia bebas Covid-19!

Pada era new normal, seseorang boleh kembali bekerja dan beraktivitas di luar rumah untuk kepentingan apa pun, termasuk ke tempat-tempat ibadah, agar perekomomian kembali berjalan tetapi tetap dengan selalu melakukan protokol pencegahan. Tentu karena jaga jarak, maka setiap orang membutuhkan ruang lebih luas sehingga kapasitas kendaraan dan tempat-tempat atau fasilitas umum menjadi berkurang, sehingga untuk mendapatkan profit yang sama dengan sebelumnya setiap harga layanan umum menjadi meningkat, lebih mahal.

Di samping itu, pemerintah juga harus menyiapkan fasilitas pendukung, misalnya pembuka pintu atau lift menggunakan pijakan kaki, tersedia alat pembersih tangan di setiap area publik. Pemerintah juga harus menyiapkan sarana dan alat deteksi cepat Covid-19, ruang uji dan isolasi yang memadai, serta sistem deteksi lokasi yang melekat pada pasien positif disertai mekanisme pelacakan kontak yang cepat, terukur, dan sistematis.

Langkah-langkah rumit dan teliti ini harus bisa dijamin terlaksana dengan baik sebagai kebiasaan, gaya hidup, dan perilaku normal yang baru. Itulah makanya dinamakan “New Normal”.

Menurut pandangan saya sebagai dokter, kalau protokol pencegahan yang hanya dilakukan pada kurun waktu tertentu dan tidak selamanya saja banyak masyarakat yang tidak sanggup, bagaimana mungkin masyarakat diwajibkan melakukan semua protokol tersebut selamanya? Apakah mungkin berhasil tanpa sikap keras dari petugas dan aparat pengamanan disertai sanksi tegas bagi pelanggar?

Dalam konteks ini, aparat keamanan dituntut harus tegas selama pemberlakuan PSBB menuju New Normal. Khususnya, penyekatan di perbatasan yang menjadi lalu lintas keluar masuk masyarakat dari luar daerah. Tidak boleh ada istilah terkecoh atau merasa segan dan kompromi. Apalagi diakal-akali pula oleh oknum dengan berbagai alasan dan modus. Ketegasan aparat sangat dituntut di daerah perbatasan. Hal ini agar pelaksanaan PSBB berjalan sesuai harapan.

Akhirnya, jangan sampai seperti Korea Selatan, belum lama menerapkan new normal sudah diganti lagi dengan PSBB karena tidak berhasil.

Sumber: arrahim.id

Dokter Spesialis Bedah Umum. Konsultan Bedah Pencernaan. Ahli Bedah Endoskopi-Laparoskopi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang.