Social Media

Catatan Diskusi Entrepreneur Kreatif di Masa Pandemi

Kemarin siang (12/5) GUSDURian Peduli bikin workshop daring, temanya “Entrepreneur Kreatif di Masa Pandemi.” Pembicaranya tiga orang: Yuswo Hady, konsultan dan pakar marketing dari Inventure Knowledge, Mbak Nining Inovasia; pengusaha buah, serta Mbak Mardiyah Chamim dari Tempo Institute dan Puan Indonesia. Dimoderatori Mbakyu Alissa Wahid, diskusi berlangsung lebih dari dua jam, mulai pukul 13.00 hingga pukul 16.00-an.

Mas Yuswo Hady bercerita tentang dampak dan sekaligus peluang bisnis di masa pandemi, Mbak Nining bercerita pengalamannya dalam menjalankan bisnis, dan Mbak Mardiyah Chamim menjelaskan pentingnya story telling dalam membangun merk, brand dan pemasaran.

Covid-19 telah memukul ekonomi dunia hingga taraf yang mengkhawatirkan. Jutaan bisnis rontok, puluhan juta orang kehilangan pekerjaan, dan puluhan juta lainnya makin terperosok dalam lembah kemiskinan. Di antara sektor bisnis yang terpukul oleh Covid-19 adalah hotel/parawisata, airlines, MICE, bar/resto, cinema, olah raga, mal/retail, consumer/electronic, otomotif, oil/gas dan properti. Namun tak sedikit juga bisnis yang justru melambung karena lockdown-lockdown yang diakibatkan Covid-19.

Mas Yuswo Hady menyebut di antaranya grocery/ecommercelogistic/deliveryfood deliveryremote workingstreaming serviceonline learning dan beberapa lagi yang lain. Hal-hal terkait daring (online) tampaknya menempati urutan tertinggi sektor yang masih bertahan atau bahkan meningkat di era pandemi, yang oleh Mas Yuswo Hady ia sebut dengan istilah stay at home economy. Di Indonesia transaksi daring meningkat drastis, dan di Amerika Jeff Bezos kekayaannya meningkat drastis.

Dengan situasi yang belum akan mereda dalam waktu dekat, Mas Yuswo Hady menekankan pentingnya melakukan shifting (geser) atau bahkan pivoting (belok) dalam bisnis. Ia mencontohkan temannya, seorang pebisnis seminar yang gara-gara stay at home economy berpindah ke bisnis food delivery. Sesuatu yang sulit dibayangkan tapi penting dilakukan jika ingin bertahan. “Saat ini penting untuk menemukan survival mode yang baru,” kata Yuswo Hady yang mantan konsultan di Marketer pimpinan Hermawan Kertajaya ini.

Sementara Mbak Nining bercerita bagaimana pentingnya berinovasi dalam dunia bisnis, meski itu terlihat sebagai inovasi kecil. Ia mencontohkan bahwa saat ia masih menjual buah nanas utuh ke gerai-gerai yang ia pasok, dalam sebulan penjualannya hanya ratusan. Tetapi saat ia mengupas nanas yang ia jual, penjualan langsung naik sepuluh kali lipat lebih menjadi ribuan tiap bulannya. Dalam bisnis kita gak boleh menafikan inovasi-inovasi baru serta penciptaan nilai tambah-nilai tambah (added values) baru.

Ada empat prinsip yang diajukan Mbak Nining dalam menjalankan bisnis: reduce, eliminate, raise, createReduce dilakukan untuk mengurangi beban yang ditanggung dalam bisnis. “Dulu saat sempet beberapa tahun punya kantor di Sudirman, tapi dalam setahun hanya beberapa kali klien yang datang ke sana. Artinya berkantor di bilangan elit tak bener-bener saya butuhkan. Maka saya pindah kantor untuk mengurangi biaya,” kata Mbak Nining yang memutuskan bisnis karena anaknya lahir dengan mengidap turner syndrome yang butuh perawatan ekstra.

Bukan hanya reduce, bahkan jika harus mengeliminasi perlu diterapkan. Posisi-posisi yang lazim dalam perusahaan besar tapi tak dibutuhkan dalam bisnis kita mungkin perlu dihapus. Misal kalau memang gak butuh sekretaris, maka posisi itu perlu ditiadakan. Kemudian bisnis juga harus selalu ditingkatkan dan ditumbuhkan. Penjualan mesti naik, tidak boleh turun. Kemudian mesti ada penciptaan (creation) hal-hal baru serta inovasi-inovasi baru untuk tumbuh dan perkembang, termasuk penciptaan pasar-pasar baru.

“Kita perlu untuk selalu menemukan ceruk-ceruk baru (blue ocean) untuk menghindari pertempuran di pasar yang sudah padat (red ocean),” katanya, sembari menjelaskan tentang pengalamannya mendapatkan perusahaan minyak sebagai salah satu pasar untuk buah-buahnya.

Pembicara ketiga, Mbak Mardiyah Chamim, menjelaskan pentingnya story telling untuk membangun dan memperkuat bisnis. Story telling adalah teknik bercerita yang bisa membuat konsumen terkesan dan terpikat oleh produk atau proses bisnis kita. Dan itu bisa didapat lewat beragam cara: menceritakan visi yang mulia atau berbeda, menceritakan proses unik yang mungkin ada, atau mengekspos heritage yang tercipta.

“Salah satu partner Puan Indonesia, seorang pendiri Qlapa.com bercerita bahwa produk-produk yang disertai narasi yang baik mengundang transaksi lebih tinggi ketimbang produk-produk yang hanya berisikan spek semata,” kata Mbak Mardiyah. Karena story telling membangkitkan bagian-bagian tertentu di otak manusia.

Aku mengikuti workshop daring tersebut hingga selesai, karena meski lebih banyak dikenal sebagai aktivis tetapi aku sangat antusias dengan dunia bisnis. Sejak kuliah, selain menulis dan terlibat sejumlah proyek penelitian aku mencari penghidupan dari dunia bisnis. Bahkan rejeki terbesarku dihasilkan dari sektor bisnis: mulai dari buku/penerbitan, toko daring, jasa pembuatan web, hingga video-animasi yang aku geluti bareng Elik Ragil dan kawan-kawan sekarang. Hanya dua tahun aku hidup (terutama) dari gajian, yaitu saat mengelola VOICE+.

Di dunia aktivisme/pergerakan tak banyak yang terjun ke dunia bisnis, sehingga aku relatif tak punya cukup teman untuk ngobrol soal ini. Padahal otakku sangat sering dihinggapi ide-ide bisnis yang kecil kemungkinan bisa aku eksekusi sendiri. Dalam beberapa tahun terakhir paling aku ngobrol bisnis sama Tadius Prio Utomo, kawan nekat sejak masa kuliah di STF Driyarkara.

Maka saat GUSDURian bikin workshop daring kewirausahaan aku sangat gembira. Karena sudah lama aku pengen punya teman dari lingkungan GUSDURian dan nahdliyin yang sama-sama menggeluti bisnis, sehingga bisa saling belajar dan berbagi pengalaman. Apalagi Mbak Alissa sendiri pada dasarnya juga pebisnis, lewat lembaga pendidikan (Fast Track), properti dan finansial (reksadana).

Di saat ekonomi formal dan industrial dihantam oleh Corona, bisnis (entah full-time atau part-time) tampaknya memang jadi opsi yang bisa membantu keluar dari kebuntuan. Meski sebagaimana dijelaskan Mas Yuswo Hady tadi, hanya ada beberapa sektor yang bisa tumbuh di saat pandemi ini. “Tapi kita harus tetap optimis,” pesannya. “Mindset itu penting. Kalau pesimis maka yang terlihat jalan buntu, tapi kalau pesimis maka terlihat bahwa masih ada jalan.”

Ada banyak kesempatan yang juga terbuka di era Corona, dan kesempatan itu harus didekati. “Kesempatan dan peluang tidak bisa ditunggu,” kata sosok yang baru aku tahu ternyata mantan Pemimpin Umum Pers Mahasiswa Balairung, Universitas Gajah Mada yang jaman mudanya juga suka demo. Mengutip Einstein, Mbak Alissa mengatakan bahwa “keberuntungan adalah bertemunya kesempatan dan kesiapan.” Ya, betul. Peluang hanya menguntungkan buat mereka yang siap. Jika gak siap peluang itu ya tidak akan jadi apa-apa. Seperti bola muntah depan gawang yang jatuh di depan kaki pemain amatiran; tak lantas jadi gol.

Pegiat media. Direktur NU Online.