Social Media

GUSDURian Banjarmasin Adakan Dialog dan Kunjungan Lintas Iman untuk Peringati Haul Gus Dur ke-12

Pada Kamis, 6 Januari 2022, pukul 10.00 WITA, GUSDURian Banjarmasin bersama jejaring lintas iman melakukan kunjungan ke Masjid Jemaat Muslim Ahmadiyah. Kunjungan bersama ini bertujuan untuk mengenal Ahmadiyah di Banjarmasin sekaligus dalam rangka memperingati Festival Bulan Gus Dur yang diselenggarakan sejak Desember 2021 hingga Januari 2022.

Acara ini merupakan awal dari rangkaian kegiatan Festival Bulan Gus Dur yang diadakan oleh GUSDURian Banjarmasin. Kegiatan kunjungan ke tempat ibadah ini diisi dengan diskusi atau dialog terbuka antara peserta dari jaringan lintas iman dengan tokoh pemuka agama dari tempat yang dikunjungi.

Aminullah Yusuf, tokoh Ahmadiyah di Banjarmasin, memperkenalkan Ahmadiyah sebagai Islam di Indonesia (Nusantara) yang telah hadir sejak tahun 1925. Dalam penyampaiannya, beliau memaparkan apa saja yang menjadi persamaan dan perbedaan Ahmadiyah dengan organisasi Islam lainnya.

“Di Banjarmasin, Ahmadiyah sudah ada sejak tahun 1958, dan telah resmi berbadan hukum,” terang Aminullah. Hal ini pula yang sempat ditanyakan oleh Roy, salah satu perwakilan dari Pemuda Katolik.

Terkait Gus Dur, Aminullah menyinggung perihal kedatangan tokoh Ahmadiyah dari India, Mirza Tahir Ahmad (penerus keempat dari Mirza Ghulam Ahmad) ke Indonesia yang hanya bisa dilakukan pertama kali ketika era Gus Dur menjabat sebagai Presiden.

Dikarenakan pandemi, kegiatan ini dilaksanakan dengan mematuhi protokol kesehatan. Semua peserta dan narasumber memakai masker dan pembatasan jumlah peserta diberlakukan. Oleh jejaring lintas iman yang hadir, acara ini mendapat respons yang baik karena bisa mendengar dan mengenal Ahmadiyah dari penganutnya secara langsung.

Setelah kunjungan ini masih akan ada tempat ibadah lain yang akan dikunjungi, di antaranya adalah Pura Agung Jagat Natha, Klenteng Soetji Nurani, Gereja Katedral Keluarga Kudus, GKE Eppatha, dan Vihara Dhammasoka.

Arief Budiman, Koordinator GUSDURian Banjarmasin dalam sambutannya menyatakan bahwa kegiatan terkait keberagaman di Banjarmasin sendiri harus mulai dibiasakan, terlebih di kalangan anak muda yang menjadi tongkat estafet untuk merawat keberagaman di Banjarmasin.

“Kegiatan ini diharapkan bukan hanya sekadar seremonial saja, melainkan benar-benar bisa bergerak lebih jauh. Terlebih untuk kalangan minoritas, mengingat salah satu pemikiran Gus Dur adalah pluralisme,” kata Arief. “Indonesia ada karena kerena keberagaman. Kita sama-sama Urang Banjar, sama-sama orang Indonesia, maka yang paling ditekankan adalah memanusiakan sesama manusia, apa pun agamanya,” pungkasnya.

Penggerak Komunitas GUSDURian Banjarmasin, Kalimantan Selatan.